SOKOGURU, JAKARTA- Sebanyak 14 petani nanas dari Kalimantan Timur (Kaltim) mengikuti bimbingan teknis pengolahan serat nanas di fasilitas Testbed Pengolahan Serat Alam Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Tekstil Bandung.
Kegiatan tersebut merupakan wujud kerja sama antara Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Kerja sama tersebut dilaksanakan untuk mendukung Pemerintah Kaltim dalam meningkatkan nilai tambah dan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam serat nanas sebagai bahan baku industri, khususnya untuk produk tekstil.
Baca juga: Serat Nanas Produksi Koperasi Miwa Pineapple Tarik Minat Tiga Negara ASEAN Pelajari Inovasinya
Hal itu disampaikan Kepala BBSPJI Tekstil, Cahyadi dalam keterangan resmi Kemenperin, Minggu, 25 Mei 2025.
“Sebagai kegiatan awal, sebanyak 14 orang petani nanas dari Kalimantan Timur hadir mengikuti bimbingan teknis di Bandung,” jelasnya.
Pembinaan industri itu, sambungnya, tidak boleh berhenti pada pengenalan teknologi proses serta penyediaan mesin pengolahan serat alam, namun perlu dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan untuk menciptakan value chain serat nanas.
Baca juga: Petani Milenial asal Subang, Jabar, Sukses Ekspor Serat Daun Nanas
“Selain itu, perlu membaca prediksi permintaan pasar, memahami standar mutu komoditi serat alam, serta memiliki semangat untuk terus mengembangkan produk yang memiliki keunggulan kompetitif,” ujar Cahyadi.
Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Andi Rizaldi, mengatakan Indonesia adalah salah satu negara produsen buah nanas terbesar di dunia, bahkan menduduki peringkat pertama pada 2024 dengan total produksi sebesar 3,15 juta ton.
Di balik melimpahnya ketersediaan buah tropis tersebut, ada peluang besar dari hasil pengolahan limbah daun nanas menjadi serat daun yang umum dikenal dengan sebutan leaf fiber.
Baca juga: NanasQu Purbalingga, Manisnya Terasa Hingga Tiongkok, Korea Selatan, dan Arab Saudi
“Leaf fiber adalah serat yang diambil dari bagian daun tumbuhan dan memiliki keunggulan karakteristik yang beragam. Serat daun ini semakin banyak diminati, baik untuk memenuhi kebutuhan sektor industri fesyen maupun industri nontekstil,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenperin.
Menurut Andi, pertumbuhan pasar terhadap serat daun terutama didorong oleh meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan.
Merujuk pada laporan Dataintelo, pasar global kain serat daun untuk pakaian bernilai sekitar USD1,2 miliar pada tahun 2023, dan diproyeksi akan naik mencapai USD2,8 miliar pada 2032.
“Salah satu strategi peningkatan daya saing industri, yakni dengan menciptakan value chain, di mana keunggulan produk dibuat berdasarkan permintaan konsumen,” imbuhnya.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang isu industri berkelanjutan, lanjut Andi, serat daun menawarkan solusi yang menjanjikan baik dari segi bahan baku yang mudah terurai serta pemanfaatan limbah yang berlimpah dari aktivitas industri perkebunan.
“Solusinya menyentuh beberapa aspek. Pertama, menjadi komoditas serat alam alternatif yang bisa digunakan sebagai bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah terurai. Kedua, mengurangi polusi udara,” imbuhnya.
Alih-alih membakar sisa daun setelah panen nanas, para petani kini dapat mengolahnya menjadi produk turunan dengan nilai harga jual cukup tinggi. “Ini akan menjadi aspek yang ketiga, yakni penciptaan green jobs di area-area lumbung serat Indonesia,” tambahnya.
Adapun keunggulan serat daun nanas, antara lain material dengan tekstur lembut, ringan, dan memiliki tampilan mengkilap seperti sutera, sehingga cocok untuk digunakan sebagai bahan dasar pakaian, aksesoris.
Selain itu, kekuatan dan durabilitasnya yang tinggi membuat serat ini banyak digunakan untuk bahan tekstil interior, otomotif, maupun bahan baku industri lainnya.
“Tantangan untuk memenuhi permintaan pasar yang beragam ini, adalah dengan terus mengembangkan teknologi pengolahan serat alam dan memperkenalkan proses pengolahan ini pada stakeholder industri, termasuk di lingkungan pemerintah daerah,” tutur Andi. (SG-1)